26 Maret, 2012

Skizofrenia

Skizofrenia


Definition : definisi
Penyakit yang ditandai oleh gejala-gejala yang meliputi kelainan kepribadian, cara berpikir, emosi, tingkah laku dan hubungan dengan orang lain serta terdapat kecenderungan untuk menarik diri dan realitas ke dalam dunianya sendiri. Kecenderungan untuk membentuk hubungan yang khas dalam berpikir dan memproyeksikannya.


Cause : penyebab
Etimologi tidak diketahui Beberapa ahli memperkirakan bahwa penyebabnya adalah kelainan biokimiawi yang diturunkan secara genetik, yang menyangkut neurotransmiter.



Treatment : penyembuhan
Perawatan di rumah sakit pada stadium akut Phenothiazine, butyrophenone dan thioxanthene adalah yang terutama diberikan untuk intervensi terapeutik Dapat diberikan parenteral selama fase akut, kemudian per oral dan dalam bentuk suntikan `depot` untuk pemeliharaan Penanganan efek samping terhadap ekstrapiramidal Pengobatan depresi yang menyertai Skizofrenia kronik membutuhkan perawatan jangka panjang Psikoterapi, terapi pekerjaan



Mental Illness / Gangguan Kejiwaan

Definition : definisiSchizophrenia adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan kemunduran kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa puber, dan paling banyak adalah orang yang berumur antara 15-30 tahun.



Cause : penyebab
Penyakit ini mulai menyerang setelah orang setelah menghadapi satu peristiwa yang menekan, yang berakibat munculnya penyakit yang mungkin sudah terdapat secara tersembunyi di dalam orang itu. Faktor pendorong lain ialah kesukaran ekonomi, keluarga, hubungan cinta, selain itu terdapat kegelisahan yang timbul akibat terlalu lama melakukan onani, sehingga merasa berdosa dan menyesal, sedang menghentikannya tak sanggup.



Sign & Symptoms : tanda2 & gejala
Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih dan takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan ia lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak dan suka menyendiri.
mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak beralasan, misalnya apabila ia melihat orang yang menulis atau membicarakan sesuatu, disangkanya bahwa tulisan atau pembicaraan itu ditujukan untuk mencelanya.

Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran, misalnya orang sedang berbicara tiba-tiba lupa apa yang dikatakannya itu. Kadang-kadang dalam pembicaraan ia pindah dari suatu masalah ke masalah lain yang tak ada hubungannya sama sekali atau perkataannya tidak jelas ujung pangkalnya.

Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, dimana penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ia seakan-akan mendengar orang lain (tetangga) membicarakannya, atau melihat sesuatu yang menakutkannya.

Banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak atau masyarakat. Merasa bahwa semua orang bersalah dan menyebabkan penderitaannya.

keinginan menjauhkan diri dari masyarakat , tidak mau bertemu dengan orang lain dan sebagainya, bahkan kadang-kadang sampai kepada tidak mau makan atau minum dan sebagainya, sehingga dalam hal ini ia harus diinjeksi supaya tertolong.



Paranoid / Waham

Definition : definisi
Gangguan psikotik yang ditandai oleh delusi yang menetap, umumnya kejaran atau kebesaran, dengan respon emosional dan tingkah laku yang sesuai terhadap delusi (waham) tersebut.


Cause : penyebab
Penderita menggunakan penyangkalan dan proyeksi sebagai mekanisme mental yang penting dalam pembentukan keadaan ml Terjadi perlahan-lahan; kompleks, dan ditandal oleh delusi yang cukup rinci dan logis Biasanya terlihat pada penderita yang memiliki kemampuan superior atau unik Kepribadian dasar utuh dan dipertahankan walau keadaan tersebut berkepanjangan. Tidak terdapat halusinasi Status paranoid: delusi bersifat kurang logis dan kurang sistematik (seperti pada paranoia) tetapi masih tidak aneh (bizarre) atau terputus-putus (seperti pada skizofrenia paranoid); berlangsung lebih singkat daripada paranoia; disertal dengan ketidak mampuan seperti tuli, alkoholisme, pengasingan diri, penyalah gunaan amphetamine



Sign & Symptoms : tanda2 & gejala
Kecemburuan paranoid menyerupai cemburu biasa tetapi berdasarkan alasan yang tidak masuk akal; penderita menyangkal harapan dan keinginannya sendiri dan memproyeksikan pada kekasihnya. Paranoid erotisisme : individu kepada siapa penderita memproyeksikan emosinya mungkin benar-benar ada (tetapi bukan hubungan sosial sejati) atau hanya imajinasi Grandiositas paranoid : penderita regresi ke ide tentang dirinya sendiri yang mahakuasa Paranoid persekutorik : sangat tidak percaya kepada orang lain. Penderita memproyeksikan rasa permusuhannya terhadap orang lain; merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbahaya dan mungkin bereaksi atau menyerang untuk mempertahankan dirinya



Diagnose : Diagnosa
Kepribadian paranoid Skizofrenia, jenis paranoid (delusi aneh, terputus-putus dan biasanya disertai halusinasi) Episode manik Sindrom otak organik


Treatment : penyembuhan
Psikoterapi merupakan cara pengobatan yang paling penting Obat penenang mungkin perlu pada beberapa kasus Phenothiazine berguna pada psikosis paranoid Mungkin perlu perawatan di rumah sakit



Waspadai Skizofrenia!

PSIKOSIS merupakan gangguan tilikan pribadi yang membuat seseorang tidak mampu menilai atau menerima realitas kehidupan. Semuanya berdasarkan fantasinya. Sehingga kemudian muncul realitas baru versi penderita psikosis. Gangguan psikosis sangat beragam. Yang akan dibahas kali ini adalah skizofrenia.



Menurut Meriyati Budiman Mpsi, psikolog klinis dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, skizofrenia atau gangguan psikosis merupakan penyakit gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh ketidakseimbangan nuerotransmitter atau fungsi saraf dalam otak.


“Psikosis adalah terminologi umum yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan gejala (psikotik). Sedangkan skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan yang memperlihatkan gejala psikosis. Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang paling berat,” jelasnya.


Ketidakseimbangan Zat Kimia
Skizofrenia tergolong gangguan otak yang bersifat kronis dan dapat menyebabkan gangguan fungsi otak. Kalau otak sudah terganggu, orang tidak bisa lagi mengendalikan diri.


“Padahal selain sebagai pusat berpikir, otak juga berperan vital dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang merupakan bagian integral dari fungsi mental seseorang. Itulah sebabnya ODS (Orang Dengan Skizofrenia) sering dianggap sedang terganggu mentalnya,” katanya.


Penyebab gangguan ini adalah ketidakseimbangan zat kimia (neurotransmitter) dalam otak. Ketidakseimbangan ini yang kemudian membuat saraf otak “salah” menyampaikan pesan.


“Apapun yang kita pikirkan diproses di otak. Otak terbentuk dari neuron-neuron atau sel-sel saraf. Kalau jalannya saraf tidak seimmbang, akan terjadi kekacauan,” imbuhnya.


Neurotransmitter atau zat kimia pada otak menjadi perantara bagi sel-sel saraf untuk menyempaikan pesan ke seluruh tubuh. Pada keadaan normal, neurotransmitter akan menyampaikan pesan yang sama dari satu saraf ke saraf lain.


“Namun pada penderita skizofrenia salah menangkap atau salah mengerti. Tak jarang apa yang dimengerti bertolak belakang dengan realitas atau kenyataan. Akibatnya, para ODS memiliki keyakinan yang tidak realistis, sering berhalusinasi, dan memiliki rasa cemas yang berlebihan serta sering bingung dan sulit berkonsentrasi. Mereka juga memiliki keyakinan yang sangat kuat atas sesuatu seperti selalu merasa ada orang yang berniat jahat pada mereka,” sambung psikolog yang biasa disapa Meri ini.



Penyebab dan Gejala
Penyebab penyakit ini masih diteliti hingga sekarang karena masih belum diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan ketidakseimbangan zat kimia dalam otak itu. “Penyebab terjadinya ketidakseimbangan tersebut belum diketahui secara pasti. Pemicu terjadinya skizofrenia juga bisa bervariasi, bahkan ada yang tidak diketahui pemicunya,” kata Meri.


Sejauh ini diterima bahwa beberapa kombinasi faktor dapat mencetuskan skizofrenia. Faktor genetik atau keturunan, misalnya. Bila salah satu anggota keluarga pernah mengalami skizofrenia, bukan tidak mungkin penyakit ini juga akan muncul pada anggota keluarga yang lain. Faktor lainnya seperti kondisi pra-kelahiran, lingkungan sosial, penggunaan obat-obatan terlarang, dan konstruksi sosial yang berkembang di masyarakat.


Munculnya skizofrenia bisa diketahui dari gejala-gejalanya, sekalipun tak jarang muncul tiba-tiba alias mendadak. Adapun gejala-gejala skozofrenia dibagi ke dalam beberapa golongan. Gejala positif, gejala negatif, gejala afektif. Gejala kognitif, gan gejala agresif.

Gejala positif dan negatif merupakan gejala yang menunjukkan perilaku atau pola berpikir. Pada gejala positif, penderita akan memiliki pikiran yang seharusnya tidak ada menjadi ada ketika berinteraksi. Gejala ini meliputi halusinasi, umumnya berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran. Misalnya, penderita skizofrenia merasa mendengar bisikan-bisikan tertentu di telinganya.

Sedangkan gejala negatif adalah kebalikan dari gejala positif. Penderita skizofrenia memiliki pola pikir yang seharusnya ada menjadi hilang.

“Gejalanya berupa emosi yang datar, ketidakmampuan untuk berinisiatif dan mengikuti jalannya kegiatan, dan tidak punya ketertarikan dalam hidup,” terang Meri.

Sementara gejala afektif adalah gejala yang seringkali menyertai penyakit skizofrenia. Penderita kerap merasa tertekan, cemas berlebihan, kurang tidur, perasaan tidak berharga, dan selalu diliputi perasaan bersalah. Bahkan penderita juga sering berpikir mengenai kematian dan bunuh diri.

Gejala kognitif menunjukkan pola pikir yang tidak beraturan dan perilaku yang tidak masuk akal. Sedangkan pada gejala agresif penderita sering menunjukkan sikap bermusuhan serta gangguan dalam pengendalian impuls.


Dampak Skizofrenia
Apakah skizofrenia berbahaya? Ya. Gangguan ini berbahaya bagi penderita, keluarganya, dan lingkungan sosialnya.


“Bahaya kalau kita membiarkan psikosis ini berlarut-larut. Bahaya buat keluarga dan buat dia sendiri. Yang pasti, penderita psikosis tidak bisa aktif di dalam masyarakat. Harus cepat ditangani karena akan mengganggu lingkungan sosial. Psikosis dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa terkontrol dalam bentuk perilaku agresif,” terang Meri.


Skizofrenia mengakibatkan terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir jernih, berinteraksi dengan orang lain dan berperan secara produktif di masyarakat. Itu pula mengapa ODS dianggap “terganggu” jiwanya.


“Banyak ODS yang akhirnya berhenti bekerja atau pun putus sekolah. Dan keluarga harus mengorbankan banyak waktu, tenaga, serta biaya untuk mengobati ODS,” jelas Meri.


Meri menyarankan penderita skizofrenia harus ditangani dengan cepat dan tepat untuk mengurangi kekambuhan, agar penderita skizofrenia tetap menjadi individu yang produktif.


“Skizofrenia sama saja dengan sakit pada umumnya. Kunci utama keberhasilan terapi adalah kepatuhan dan kedisiplinan ODS dalam menjalani pengobatan,” katanya.


Tindakan pengobatan bagi penderita skizofrenia bisa melalui beberapa terapi, yaitu farmakoterapi, psikoterapi, dukungan dan psikoedukasi pada keluarga. Farmakoterapi jelas melibatkan obat. Tujuannya adalah menyeimbangkan kembali zat kimia yang terganggu.


“ODS yang tidak patuh menjalankan pengobatan akan memiliki risiko kambuh lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh pada pengobatan,” lanjutnya.


Sedangkan psikoterapi dan dukungan keluarga akan sangat membantu penderita untuk mengembalikan fungsi agar lebih mandiri dan produktif. Dengan demikian, kualitas hidup bisa membaik.


“Kasih sayang dari keluarga akan membantu mempercepat pemulihan pasien serta mengurangi kekambuhan. Dengan kata lain, dukungan keluarga dalam mendampingi dan membantu pasien untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi sangat berguna,” jelas Meri.


Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kekambuhan adalah dengan melakukan intervensi psikososial, antara lain, dengan edukasi pada penderita dan keluarganya mengenai sifat-sifat skizofrenia, mengurangi rasa bersalah pada penderita atas munculnya penyakit ini, dan mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional ODS.


“Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka kekambuhan dan kualitas hidup ODS,” jelas Meri.


written by : Kristianto bepe
diambil dari sini


( Sumber : www.tanyadokter.com )

0 komentar:

Posting Komentar