19 November, 2011

teh kotak dan lodopin, sizoril dan trik.

Ini cerita tentang kakak perempuanku, sejak awal tahun ini dia menolak untuk minum obat, selalu marah setiap kali dikasih obat. Menentang, membantah dengan alasan dia sudah sembuh, dia ga mau ketergantungan sama obat, dia ga mau organ tubuhnya rusak karena obat-obatan kimiawi itu.






Memang sudah sepuluh tahun dia tanpa henti minum obat, obat yang selalu sama diberikan dokter, hanya dosisnya saja yang berubah. Kami sekeluarga pun inginnya dia benar-benar berhenti minum obat, sembuh dan mandiri. Tapi.. penyakit ini penyakit luar biasa.. Skip satu kali minum obat, ditunggu sebentar dan pasti ada perang di rumah. Rumah penuh dengan teriakan, penuh dengan cemas, penuh dengan siaga, si kakak ngamuk, pegang-pegang pisau semua orang diancam, semua orang dimarahin. Dan waktu ga ada lagi yang bisa dimarahin si kakak keluar rumah dengan kondisi marah yang sama dan mengancam siapa aja yang dia tidak sukai diluar. Sambil bicara sendiri, sambil marah sama suara yang cuma dia yang bisa dengar, mata yang liar melihat kesana-kemari.


Jadi ikut emosi semua orang di rumah karena skizofrenia. Aku pun emosi. Emosi emosi emosi.. saat sabar dan mengiyakan kedua kakakku itu bukan menjadi opsi, terpaksa aku emosi. Capek emosi.


Entah berapa kali sudah aku berkelahi dengan mereka berdua, emotionally and phisicly. Dasarnya memang aku orangnya juga keras, tapi yah,, gitulah terpaksa berantem. Apalagi kalau kakak-kakakku itu mulai "menyerang" mama dan si bungsu.


Sama bapak kakak-kakakku segan, sama akupun mereka segan. Sama mama mereka manjanya ampuuun.. kasian mama. Suka keterlaluan mintanya, suka keterlaluan cara bicara mereka ke mama. Kalau ada mama sampai hal kecil yang biasa mereka lakukan sendiri jadi tiba-tiba ga bisa. Kalau ga ada mama, mereka bisa sendiri.


Aku selalu membiarkan mereka mau apa saja terserah. Aku capek melayani permintaan aneh-aneh mereka dan aku juga tahu mereka bisa. Tapi malas.


Tentang judul posting ini.. Teh kotak sekarang jadi sarana kami untuk kasih obat ke kakak yang perempuan, dia tidak tahu ada obat yang sudah dihaluskan di dalam minuman itu. Ide sendiri, bukan saran dokter, karena dokter selalu menyarankan untuk dirawat inap. Daripada tidak ada obat yang masuk ke dalam badan kakak, setelah minum itu biasanya tidak berapa jam langsung tenang dan tidur, setelah bangun juga tetap tenang. Tanpa itu bisa marah dan mau jalan-jalan sendiri bawa kayu panjang buat "perlindungan" katanya. . .


Sesuatuu... banget kan..


Auto correct sering bikin kita kalau nulis teh jadi THE yah? kl the box artinya? teh kotak dong? :D

3 komentar:

  1. Mbak Ica sabar ya...semoga kedua kakak Mbak keadaannya semakin membaik. Amin.

    BalasHapus
  2. Makasih kunjungan baliknya mbak faila :) iya semoga semakin membaik, insyaAllah..

    BalasHapus
  3. ya... allah pasti repot dan pusing jalaninnya.. itu obat kan mahal... emang berapa total mg/hari... aku juga punya kakak sama 200mg/hari...

    BalasHapus