19 November, 2011

teh kotak dan lodopin, sizoril dan trik.

Ini cerita tentang kakak perempuanku, sejak awal tahun ini dia menolak untuk minum obat, selalu marah setiap kali dikasih obat. Menentang, membantah dengan alasan dia sudah sembuh, dia ga mau ketergantungan sama obat, dia ga mau organ tubuhnya rusak karena obat-obatan kimiawi itu.






Memang sudah sepuluh tahun dia tanpa henti minum obat, obat yang selalu sama diberikan dokter, hanya dosisnya saja yang berubah. Kami sekeluarga pun inginnya dia benar-benar berhenti minum obat, sembuh dan mandiri. Tapi.. penyakit ini penyakit luar biasa.. Skip satu kali minum obat, ditunggu sebentar dan pasti ada perang di rumah. Rumah penuh dengan teriakan, penuh dengan cemas, penuh dengan siaga, si kakak ngamuk, pegang-pegang pisau semua orang diancam, semua orang dimarahin. Dan waktu ga ada lagi yang bisa dimarahin si kakak keluar rumah dengan kondisi marah yang sama dan mengancam siapa aja yang dia tidak sukai diluar. Sambil bicara sendiri, sambil marah sama suara yang cuma dia yang bisa dengar, mata yang liar melihat kesana-kemari.


Jadi ikut emosi semua orang di rumah karena skizofrenia. Aku pun emosi. Emosi emosi emosi.. saat sabar dan mengiyakan kedua kakakku itu bukan menjadi opsi, terpaksa aku emosi. Capek emosi.


Entah berapa kali sudah aku berkelahi dengan mereka berdua, emotionally and phisicly. Dasarnya memang aku orangnya juga keras, tapi yah,, gitulah terpaksa berantem. Apalagi kalau kakak-kakakku itu mulai "menyerang" mama dan si bungsu.


Sama bapak kakak-kakakku segan, sama akupun mereka segan. Sama mama mereka manjanya ampuuun.. kasian mama. Suka keterlaluan mintanya, suka keterlaluan cara bicara mereka ke mama. Kalau ada mama sampai hal kecil yang biasa mereka lakukan sendiri jadi tiba-tiba ga bisa. Kalau ga ada mama, mereka bisa sendiri.


Aku selalu membiarkan mereka mau apa saja terserah. Aku capek melayani permintaan aneh-aneh mereka dan aku juga tahu mereka bisa. Tapi malas.


Tentang judul posting ini.. Teh kotak sekarang jadi sarana kami untuk kasih obat ke kakak yang perempuan, dia tidak tahu ada obat yang sudah dihaluskan di dalam minuman itu. Ide sendiri, bukan saran dokter, karena dokter selalu menyarankan untuk dirawat inap. Daripada tidak ada obat yang masuk ke dalam badan kakak, setelah minum itu biasanya tidak berapa jam langsung tenang dan tidur, setelah bangun juga tetap tenang. Tanpa itu bisa marah dan mau jalan-jalan sendiri bawa kayu panjang buat "perlindungan" katanya. . .


Sesuatuu... banget kan..


Auto correct sering bikin kita kalau nulis teh jadi THE yah? kl the box artinya? teh kotak dong? :D

Nenek meninggal..

Sekitar 1 minggu yang lalu nenek meninggal.. My daddy is an orphan now. Bapak jadi yatim piatu.. Setelah atok meninggal tahun 2003 yang lalu di usia 84, dan nenek yang meninggal satu minggu setelah lebaran Idul Adha tahun 2011 yang baru lewat di usia 82.


Aku yang kerja di luar kota waktu dengar beritanya kaget, sedih dan berfikir apapun yang terjadi aku harus ada disana, alasan utamanya karena bapak, aku harus ada disana untuk bapak. Untuk menguatkan bapak atas kehilangan.


Selain sedih karena kehilangan nenek, aku tau bapak menyimpan duka yang terus berjalan. Duka karena dua anaknya yang berumur 30 dan 28 tahun masih dalam pengasuhannya karena skizofrenia. Setiap kali bertemu nenek yang tidak tinggal satu rumah dengan kami, nenek selalu bertanya tentang dua cucunya itu.. Cucu yang tidak kunjung sembuh. :( dan setiap kali juga walaupun bapak tersenyum dan tertawa sambil menjawab pertanyaan nenek aku tau bapak di dalam hatinya menangis..


Adik bungsuku masih kuliah semester 9 dengan IPK yang jauh dari standar minimal orang melamar pekerjaan. Kapan-kapan aku ceritakan tentang si bungsu..


Tanggal 10 November 2011 nenek meninggal, dirawat 3 jam di rumah sakit, tekanan darah menurun drastis dan meninggal. Keesokan harinya makin banyak keluarga dan kenalan berkumpul dirumah duka, baca yasin, baca doa.


Kakak perempuanku kami ajak kesana, dalam keadaan belum minum obat, tertawa dan bicara sendiri seperti dia yang biasa dalam perjalanan. Setelah melihat jenazah nenek, kakak perempuanku menangis sedih, lama, dan berjam-jam tidak mau beranjak dari sisi nenek yang sudah ditutup kain.


Saat si kakak duduk-duduk di samping jenazah, mulai lagi dia tertawa walaupun sambil ditutup selendang mulutnya oleh dia sendiri. Karena sebelumnya sudah kami wanti-wanti untuk menjaga sikap. Keluarga, sepupu-sepupu yang memang sudah tau dengan kondisi si kakak paham, dan mengajaknya untuk pindah ke ruangan lain.. Dan seketika itu juga si kakak marah-marah dan ngomong kotor di depan tamu dan di depan jenazah nenek pastinya. Untung bapak agak jauh... kalau bapak ada di dekat kami mungkin sedih bapak jadi tambah berlipat.


Kakak laki-laki ku.. pasien skizo kedua di keluarga kami tidak datang, dia sedang berada diluar kota, kota tempat bapakku berdinas. Dia takut, dan dia menganggap bapak adalah pelindungnya, dia ga mau jauh dari bapak.


Kebetulan waktu itu bapak sedang di Jakarta, dinas luar, dari Jakarta langsung terbang ke rumah duka, tidak sempat lagi menjemput kakak laki-lakiku, dan kakakku itu tidak berani naik pesawat sendiri walaupun ditemani mama.


Huff.. :) what a life huh? :)


Semoga stock sabar kami sekeluarga dikasih Allah paket full.. unlimited..


Kasihan orangtuaku. Semoga ini semua menjadi tabungan mereka untuk ke surganya Allah nanti.. aamiin ya robbal alamiin.

21 September, 2011

lagi lagi cerita..

Sejak punya blog, aku jadi lebih rajin baca blog orang, lebih rajin baca komentar orang di bawah satu artikel ttg skizofrenia.. ternyata banyak jg yang keluarganya terkena penyakit ini, sejujurnya aku pikir tidak banyak yang keluarganya terkena penyakit ini. Tapi ternyata ada juga mantan-mantan penderita skizo yang sudah sembuh dan bisa beraktifitas, aku berharap dua saudaraku itu bisa seperti mereka. Aku pengen mereka produktif, bisa mengurus diri mereka sendiri, di usia 30 dan 28 tahun dua saudaraku itu masih saja merepotkan orangtuaku.




Apa yang salah dengan cara kami merawat mereka? apakah kami kurang memotivasi mereka? kalau obat rasanya tidak pernah putus, kalau dihitung-hitung dengan materi mungkin uang untuk membeli obat itu bisa dibelikan gelang emas yang bisa dipake dari pangkal hingga ujung lengan :) tapi kenapa mereka tetap di keadaan yg sama? stagnan, bahkan cenderung memburuk.




Banyak alasan dan sering jadi pertengkaran juga bohong kalau dua saudaraku itu disuruh beribadah, sholat, meminta kepada Allah utk kesembuhan. Sampai akhirnya sekarang, aku dan keluarga hanya beribadah saja di depan mereka, dengan harapan mereka mencontoh tanpa harus dipaksa-paksa lagi.




Apa yang salah dengan cara merawat kami? apa sebenarnya yg paling baik yang harus kami lakukan? selalu kami bawa kemanapun kami pergi, ke mall, ke rumah saudara, ke restoran, kemana saja kami bawa.. Dengan resiko yang kami juga sudah tau, sering, sering sekali kejadian memalukan menjadi ending cerita jalan-jalan kami, tapi tidak pernah kami jera, kami ingin melihat mereka melihat dunia luar, ingin mereka mencontoh apa yang terjadi di dunia luar, bukan hanya mendengarkan bisikan-bisikan yang ada di telinga mereka.




Haruskah kami 'titipkan' mereka di Rumah Sakit Jiwa? atau haruskah kami menambah stock bersabar saja? terkadang merasa usaha kami belum maksimal. Terkadang juga merasa sudah maksimal. Cukupkah bertawakal saja? adakah cara lain selain obat yg terus menerus itu? Adakah terapi yang bisa kami ikuti?




hmm.. cepat sembuh yah saudara/i ku.. kasian mama bapak..

copy dan paste..

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita.

Faktor resiko penyakit ini termasuk :
Riwayat skizofrenia dalam keluarga
Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.
Stress lingkungan
Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.
Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini



Penyakit Skizofrenia Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter. Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia.

Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada
Tanda dan gejala yang ada
Rriwayat psikiatri
Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan putus obat akut.

Terapi Penyakit Skizofrenia
Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah disbanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.

Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.

Tujuannya adalah :
Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.
Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.
Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.
Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.
Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.

Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu skizofrenia. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik, serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita, ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan.

Prognosis Penyakit Skizofrenia
Fase residual sering mengikuti remisi gejala psikotik yang tampil penuh, terutama selama tahun-tahun awal gangguan ini. Gejala dan tanda selama fase ini mirip dengan gejala dan tanda pada fase prodromal; gejala-gejala psikotik ringan menetap pada sekitar separuh penderita. Penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya tiga tahun terjadi pada 10% pasien, sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi pada sekitar dua per tiga kasus. Banyak penderita skizofrenia mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.

Prognosis baik berhubungan dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal, pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya konfusi, riwayat untuk gangguan afek, dan system dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusive. Skizofrenia Tipe I tidak selalu mempunyai prognosis yang lebih baik disbanding Skizofrenia Tipe II. Sekitar 70% penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam satu tahun. Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.

forumsains.com
diambil dari sini

20 September, 2011

cerita lagi yah..

Kedua kk ku itu sampe sekarang belum sembuh, dan masih rutin minum obat, minum obat jg sekarang 'tricky' karena kk yg pertama itu ga mau lagi minum obat dengan macam-macam alasan, ngrasa dia sudah sembuh, ngrasa dia ga sakit, ngrasa obat itu ga baik buat dia dsb. Harus atur siasat supaya dia mau minum obat.

Blog ini maksudnya buat sharing, karena kami sekeluarga udah struggle dengan penyakit ini 10 tahun, dengan dua anggota keluarga yang terkena, siapa tau siapapun yang mampir ke blog ini punya saran / pengalaman berbeda dalam menghadapi penyakit ini.

01 September, 2011

Sedikit (banyak) tentang Skizofrenia


Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Onset gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk skizofrenia saat ini ada.


Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung.

Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek dari mereka di masa sebelumnya.

Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi, termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan zat seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang, kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, harapan hidup rata-rata orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun kurang daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan fisik dan tingkat bunuh diri lebih tinggi.



Reeve



St Elizabeth Hospital. Dinding ruang dalam Retreat Ward 1. Reproduksi yang dibuat oleh pasien, kasus terganggu demensia precox [praecox?]; Pin atau kuku digunakan untuk menggaruk cat dari dinding, top coat warna cat penggemar, ditumpangkan pada mantel merah bata cat. Gambar melambangkan peristiwa dalam kehidupan masa lalu pasien dan menunjukkan keadaan mental yang ringan regresi. Bertanggal, tapi kemungkinan awal abad 20.

Skizofrenia terjadi sama pada pria dan perempuan, meskipun biasanya muncul lebih awal pada pria - usia puncak onset adalah 20-28 tahun untuk laki-laki dan 26-32 tahun untuk betina. Onset pada masa kanak-kanak jauh lebih jarang, seperti di tengah-onset atau usia tua. Prevalensi skizofrenia seumur hidup - proporsi individu diperkirakan akan mengalami penyakit tersebut pada setiap saat dalam kehidupan mereka - umumnya diberikan pada 1%. Namun, tinjauan sistematis studi 2002 banyak ditemukan prevalensi seumur hidup 0,55%. Meskipun kebijaksanaan menerima bahwa skizofrenia terjadi pada tingkat yang sama di seluruh dunia, prevalensi bervariasi di seluruh dunia, dalam negara, dan pada tingkat lokal dan lingkungan. Salah satu temuan khususnya stabil dan ditiru telah menjadi hubungan antara yang hidup di lingkungan perkotaan dan diagnosis skizofrenia, bahkan setelah faktor-faktor seperti penggunaan narkoba, kelompok etnis dan ukuran kelompok sosial telah dikendalikan untuk. Skizofrenia dikenal menjadi penyebab utama kecacatan. Dalam sebuah penelitian 1999 dari 14 negara, psikosis aktif peringkat kondisi ketiga-paling-nonaktifkan setelah quadriplegia dan demensia dan menjelang paraplegia dan kebutaan.

Account dari sindrom seperti skizofrenia dianggap langka dalam catatan sejarah sebelum tahun 1800-an, meskipun laporan perilaku irasional, tidak dapat dimengerti, atau tidak terkendali yang umum. Ada penafsiran yang catatan singkat dalam papirus Ebers Mesir Kuno mungkin menyiratkan skizofrenia, tapi review lain tidak menyarankan koneksi apapun. Sebuah tinjauan literatur Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun psikosis digambarkan, ada tidak memperhitungkan kondisi memenuhi kriteria untuk skizofrenia. Psikotik keyakinan aneh dan perilaku yang mirip dengan beberapa gejala skizofrenia dilaporkan dalam literatur medis dan psikologis Arab selama Abad Pertengahan. Dalam The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina menggambarkan sebuah kondisi yang agak menyerupai gejala-gejala skizofrenia yang disebut Junun Mufrit (kegilaan yang parah), yang dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari kegilaan (Junun) seperti mania, rabies dan psikosis manic depressive. Namun, tidak ada kondisi yang menyerupai skizofrenia dilaporkan dalam Bedah Imperial Şerafeddin Sabuncuoğlu, sebuah buku medis utama Islam abad ke-15. Mengingat bukti-bukti historis yang terbatas, skizofrenia (lazim seperti sekarang ini) mungkin merupakan fenomena modern, atau alternatif mungkin telah dikaburkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh konsep-konsep terkait seperti melankolis atau mania.

Sebuah laporan kasus rinci pada 1797 tentang James Tilly Matthews, dan rekening oleh Phillipe Pinel diterbitkan pada 1809, sering dianggap sebagai kasus awal skizofrenia dalam literatur medis dan psikiatris. Skizofrenia pertama kali digambarkan sebagai sindrom yang berbeda yang mempengaruhi remaja dan dewasa muda oleh Benedict Morel pada tahun 1853, disebut démence précoce (harfiah 'demensia dini'). Istilah demensia digunakan praecox pada tahun 1891 oleh Arnold Pilih dalam laporan kasus gangguan psikotik. Pada tahun 1893 Emil Kraepelin memperkenalkan perbedaan baru yang luas dalam klasifikasi gangguan mental antara dementia praecox dan gangguan suasana hati (disebut depresi manik dan termasuk unipolar dan bipolar depresi). Kraepelin percaya bahwa dementia praecox merupakan penyakit otak, dan khususnya suatu bentuk demensia, dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari demensia, seperti penyakit Alzheimer, yang biasanya terjadi di kemudian hari. Klasifikasi Kraepelin perlahan-lahan mendapatkan penerimaan. Ada keberatan dengan penggunaan dari "demensia" istilah meskipun kasus pemulihan, dan beberapa pembelaan diagnosa diganti seperti kegilaan remaja.

Skizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah pikiran" dan berasal dari akar Yunani schizein (σχίζειν, "memisahkan") dan phrēn, phren-(φρήν, φρεν-, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian, berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4 A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai gantinya.

Istilah skizofrenia biasanya disalahpahami berarti bahwa orang yang terkena dampak memiliki "kepribadian ganda". Meskipun beberapa orang didiagnosis dengan skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin mengalami suara sebagai kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan orang berubah antara kepribadian ganda yang berbeda. Kebingungan muncul sebagian karena makna istilah skizofrenia Bleuler itu (secara harfiah "split" atau "pikiran hancur"). Penyalahgunaan pertama dikenal istilah berarti "kepribadian yang terbelah" adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS Eliot pada tahun 1933.

Pada paruh pertama abad kedua puluh skizofrenia dianggap cacat keturunan, dan penderita tunduk pada eugenika di banyak negara. Ratusan ribu orang disterilkan, dengan atau tanpa persetujuan - mayoritas di Nazi Jerman, Amerika Serikat, dan negara-negara Skandinavia. Seiring dengan orang lain berlabel "mental layak", banyak didiagnosis dengan skizofrenia dibunuh dalam program "Aksi T4" Nazi.

Pada awal 1970-an, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah subyek dari sejumlah kontroversi yang akhirnya mengarah pada kriteria operasional digunakan saat ini. Ini menjadi jelas setelah studi AS-Inggris 1971 Diagnostik bahwa skizofrenia didiagnosis ke tingkat yang jauh lebih besar di Amerika daripada di Eropa. Hal ini sebagian karena kriteria diagnostik longgar di AS, yang menggunakan DSM-II manual, kontras dengan Eropa dan ICD-9 nya. 1972 studi david Rosenhan, yang dipublikasikan dalam jurnal Science di bawah judul yang waras Pada di tempat gila, menyimpulkan bahwa diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat sering subyektif dan tidak dapat diandalkan. Ini adalah beberapa faktor dalam memimpin ke revisi tidak hanya dari diagnosis skizofrenia, tapi revisi dari manual DSM keseluruhan, sehingga dalam publikasi DSM-III pada tahun 1980. Sejak 1970-an lebih dari 40 kriteria diagnostik untuk skizofrenia telah diusulkan dan dievaluasi.

Di Uni Soviet diagnosis skizofrenia juga telah digunakan untuk tujuan politik. Soviet Andrei Snezhnevsky psikiater terkemuka dibuat dan dipromosikan klasifikasi sub-tambahan lamban berkembang skizofrenia. Diagnosis ini digunakan untuk mendiskreditkan dan cepat memenjarakan para pembangkang politik sementara pengeluaran dengan percobaan berpotensi memalukan. Praktek itu terkena Barat oleh sejumlah pembangkang Soviet, dan pada tahun 1977 World Psychiatric Association mengutuk praktek Soviet di Kongres Dunia Keenam of Psychiatry. Daripada mempertahankan teorinya bahwa bentuk laten skizofrenia disebabkan pembangkang menentang rezim, Snezhnevsky memutuskan semua kontak dengan Barat pada tahun 1980 dengan mengundurkan diri posisi kehormatan di luar negeri.

Stigma sosial telah diidentifikasi sebagai kendala utama dalam pemulihan pasien dengan skizofrenia. Dalam sampel, besar wakil dari sebuah studi tahun 1999, 12,8% orang Amerika percaya bahwa individu dengan skizofrenia adalah "sangat mungkin" untuk melakukan sesuatu kekerasan terhadap orang lain, dan 48,1% mengatakan bahwa mereka "agak mungkin". Lebih dari 74% mengatakan bahwa orang dengan skizofrenia yang baik "tidak sangat mampu" atau "tidak mampu sama sekali" untuk membuat keputusan tentang pengobatan mereka, dan 70,2% mengatakan hal yang sama dari keputusan manajemen uang. Persepsi individu dengan psikosis sebagai kekerasan memiliki lebih dari dua kali lipat dalam prevalensi sejak tahun 1950, menurut salah satu meta-analisis.

diambil dari sini

kenalan-kenalan..

Assalamualaikum, salam kenal :)


Aku suka jalan-jalan di dunia maya, facebookan makin ngebosenin, bosen buka portal2 berita di internet, aku jadi rajin buka-buka blog orang, dan ngerasa terbantu karena blog, karena lebih personal, pengalaman pribadi si empunya blog meresap sampai ke hati.. sehingga kemudian daripada itu akan tetapi bahwasanya.. hehe, jd pengen punya blog juga..


Sekarang umurku 26, masih single, kerja jadi abdi negara. 


Nantinya blog ini mau jadi tempat share apa aja, lebih-lebih tentang skizofrenia, satu penyakit yang setia sekali menggoda 2 saudara kandungku yang lebih tua.. kakak C sama kakak A.. udah masing-masing 10 sama 8 tahun 'digoda' dengan penyakit ini.